๐Ÿ‹ Kisah Akhwat Menanti Jodoh

Membuatseseorang lupa akan prinsipnya. Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat

Sedekah atau shodaqoh ุตุฏู‚ุฉ memiliki banyak keutamaan. Selain pahala sedekah berlipat ganda dan banyak keutamaan di akhirat kelak, sedekah juga memiliki berbagai keutamaan terkait dengan kebaikan di dunia. Salah satunya terkait dengan jodoh. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda mengenai salah satu keutamaan sedekah di dunia. Yakni, sebagai obat untuk orang yang sakit. ุฏูŽุงูˆููˆุง ู…ูŽุฑู’ุถูŽุงูƒูู…ู’ ุจูุงู„ุตูŽู‘ุฏูŽู‚ูŽุฉู Obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan sedekah. HR. Abdu Dawud dalam Al-Marasil, Ath Thabrani dan Baihaqi Mayoritas ulama berpendapat bahwa sakit di atas maksudnya adalah sakit fisik. Sedekah berfungsi sebagai ikhtiar langit layaknya doa. Selain secara ilmiah juga terbukti bahwa saat seseorang sedekah atau memberi, ia menjadi lebih bahagia. Kebahagiaan ini berpengaruh pada hormon kebahagiaan yang menguatkan imunitas dan memicu penyembuhan. Yang menarik, ada pula ulama yang menyebut bahwa jomlo juga termasuk salah satu penyakit. Karena sekian lama menanti datangnya jodoh bisa memunculkan kekhawatiran dan depresi. Dalam konteks ini, sedekah merupakan salah satu solusi. Banyak kisah membeli jodoh dengan shodaqoh. Misalnya kisah wanita berusia 37 tahun. Ia mengalami kisah keajaiban sedekah, setelah sekian lama menanti calon imam yang tak kunjung tiba, tiba-tiba ada empat pria yang melamarnya. Waktunya hampir bersamaan. Setelah ia sedekah senilai empat meter kubik keramik masjid. Kisah lain terjadi pada teman saya sendiri. Saat keinginan menikah hadir dalam hati, akhwat ini mendapatkan nasihat dari salah seorang ustadz. Untuk membeli jodohโ€™, ada kiat praktis melalui sedekah. โ€œCaranya, engkau sedekah senilai 10 persen biaya walimah. Sebab Allah akan melipatgandakan sedekah minimal 10 kali lipat.โ€ Akhwat tadi lantas berpikir, berapa biaya walimah yang ia butuhkan. Setelah tanya-tanya kepada beberapa teman terutama yang sudah menikah, ia mendapatkan informasi berapa rata-rata biaya walimah. Taruhlah contoh Rp 100 juta. Sepuluh persennya berarti Rp 10 juta. Sedekah Rp 10 juta memang berat. Namun, tidak harus sekaligus. Jika bertahap selama setahun, artinya per bulan tidak sampai sejuta. Bismillah, ia pun bertekad melakukannya. โ€œYa Allah, terimalah sedekah hamba dan mudahkanlah hamba menyempurnakan separuh agama hamba. Datangkan ikhwan shalih yang akan membimbing hamba mengarungi surga dunia dan Engkau abadikan cinta kami hingga surga yang sesungguhnya.โ€ Tidak lama setelah ia bersedekah senilai 10 persen dari biaya walimah yang ia inginkan, seorang pemuda shalih melamarnya. Bagaimana ia langsung tahu bahwa pemuda itu shalih? Sebab pemuda itu adalah tetangganya sendiri. Akhirnya mereka pun menikah dan kini telah memiliki buah hati. Masya Allah, tabaarakallah. [MBK/LAZ Ummul Quro]
Betapapercayanya anak muda ini kepada ayahnya. Tentu saja, seorang shalih tahu bahwa Rasulullah Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, โ€œSeorang wanita dinikahi karena 4 alasan: kekayaan, kecantikan, garis keturunan, dan agamanya. Kalian lebih baik memilih agamanya.โ€ Ayahnya memilih wanita religius yang berkualitas untuk putranya, tapi dia tidak
Barangkali, anda sering mendengar istilah ikhwan, akhi, afwan ukhti, dan akhwat, namun belum tahu akhwat artinya apa, arti ikhwan apa, dan sebagainya. Dalam kesempatan kali ini, kita akan coba menjelaskan kata-kata ini. Semoga penjelasan kami bermanfaat untuk anda dan dapat menambah wawasan yang baik. Akhwat dan Ikhwan Artinya Adalah Apa? Berikut ini penjelasan mengenai sebutan-sebutan yang sering kita dengar sehari-hari. Arti Ikhwan Ikhwan adalah berasal dari dalam bahasa Arab ุงู„ุงุฎูˆุงู† yang artinya adalah kawan laki-laki. Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ia memiliki arti saudara atau teman. Dalam bahasa Arab, ia merupakan bentuk jamak. Biasanya, kata ini digunakan untuk menyebut para lelaki yang dikenal memiliki kepribadian agama Islam yang baik. Arti Akhwat Akhwat adalah diambil dari bahasa Arab ุงู„ุฃุฎูˆุงุช yang artinya saudara perempuan. Dalam KBBI, ia diartikan sebagai saudara perempuan atau teman perempuan. Ia juga merupakan bentuk jamak dalam bahasa Arab. Kata ini sering digunakan sebagai sebutan bagi wanita-wanita yang dikenal berusaha mengamalkan Islam dengan baik. Arti Akhi Akhi artinya adalah saudaraku laki-laki. Ia merupakan bentuk tunggal dari kata ikhwan. Arti Ukhti Ukhti merupakan bentuk tunggal dari kata akhwat. Berikut ini ringkasan dari sebutan-sebutan yang sering kita dengar SebutanArtiAkhwatWanita Kata ganti ketigaIkhwanPria Kata ganti ketigaUkhtiPerempuan Kata ganti keduaAkhiLaki-laki kata ganti keduaAkhwat fillahSaudara perempuan karena AllahAkhwat onlyHanya wanitaAkhwat Perindu JannahPerempuan yang merindukan surga Akhwat Artinya Apa? Kalau kita lihat pada asal usulnya, sebenarnya yang disebut saudara adalah orang-orang yang keluar dari rahim yang sama atau orang yang disebut dengan saudara kandung. Sehingga, bagi sebagian orang, mereka tidak mau menyebut akhi wa ukhti kepada orang yang bukan saudara kandungnya. Saya menghargai pendapat mereka. Akan tetapi, sebagaimana yang kita tahu bahwa sesama muslim itu bersaudara dan persaudaraan Islam lebih kuat sehingga kita pun boleh menyebut saudara seislam kita dengan sebutan akhi atau ukhti. Dikalangan para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri, mereka juga sering menyebut orang lain dengan sebutan akhi, meskipun sebenarnya mereka bukan saudara kandung. Pernah, suatu kali Abu Bakar radliyallahu anhu terlibat perbedaan pendapat dengan Salman, Shuhaib, dan Bilal radliyallahu anhum. Tatkala Abu Bakar mengadukan kepada Rasulullah, justru Rasulullah malah menegur Abu Bakar. Beliau bersabda Wahai Abu Bakar! Apakah engkau membuat mereka marah? Kalau engkau membuat mereka marah, maka engkau telah membuat Pemeliharamu marah.โ€ Mendengar hal itu, akhirnya Abu Bakar mendatangi ketiga sahabat tadi untuk meminta maaf. Lafal Arabnya seperti ini ููŽุฃูŽุชูŽุงู‡ูู…ู’ ุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุฅูุฎู’ูˆูŽุชูŽุงู‡ู’ ุฃูŽุบู’ุถูŽุจู’ุชููƒูู…ู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ู„ูŽุง ูŠูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽูƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฎููŠ โ€œMaka Abu Bakar mendatangi mereka, lalu dia berkata Yaa Ikhwataah Wahai saudaraku! Apakah aku membuat kalian marah? Mereka berkata Tidak, semoga Allah mengampunimu, ya akhi wahai saudaraku.โ€ Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim sehingga diakui keshahihannya. Kalau kita lihat nasabnya, tidak ada hubungan persaudaraan antara sahabat Bilal, Shuhaib, Salman, dan Abu Bakar. Akan tetapi, mereka tetap menggunakan lafal akhi atau ikhwataah karena yang dimaksud adalah persaudaraan Islam. Dengan demikian, boleh bagi kita menyebut orang lain yang bukan saudara kandung kita dengan akhi wa ukhti, yang terpenting adalah mereka saudara seislam kita. Dalam islam, seorang wanita dan pria diperbolehkan bergaul dengan lawan jenis. Hanya saja, terdapat batasan-batasan pergaulan yang harus dijaga agar tidak melanggar aturan Allah taala. Berikut ini batasan interaksi antara ikhwan dan akhwat Menjaga PandanganMenutup AuratDilarang Khalwat Ya Akhi, Jagalah Pandanganmu Menjaga pandangan di sini maksudnya adalah agar kita tidak mengumbarnya untuk melihat lawan jenis yang diharamkan oleh Allah taala. Perbuatan ini termasuk dari tanda-tanda iman. Allah taala menyatakan โ€œDan katakanlah untuk orang-orang beriman dari kalangan laki-laki agar mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka dan menjaga farji-farji mereka.โ€ Permasalahan ini, meskipun sebagian besar dilakukan oleh laki-laki, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa wanita pun juga melakukannya. Kenapa? Karena kita sama-sama manusia dan memiliki hawa nafsu yang sama. Oleh karenanya, Allah juga memberikan nasehat kepada kaum perempuan โ€œDan katakanlah kepada orang-orang beriman dari kalangan perempuan agar mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka dan menjaga farji-farji mereka.โ€ Kesimpulannya, perintah untuk menundukkan pandangan itu sama saja untuk laki-laki dan perempuan. Kenapa kita harus menundukkan pandangan? Karena sesungguhnya memandang sesuatu yang dilarang itu juga termasuk zina. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูƒูŽุชูŽุจูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงุจู’ู†ู ุขุฏูŽู…ูŽ ุญูŽุธู‘ูŽู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฒู‘ูู†ูŽุงุŒ ุฃูŽุฏู’ุฑูŽูƒูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ุงูŽ ู…ูŽุญูŽุงู„ูŽุฉูŽุŒ ููŽุฒูู†ูŽุง ุงู„ุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุธูŽุฑูุŒ ูˆูŽุฒูู†ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูุณูŽุงู†ู ุงู„ู…ูŽู†ู’ุทูู‚ูุŒ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽูู’ุณู ุชูŽู…ูŽู†ู‘ูŽู‰ ูˆูŽุชูŽุดู’ุชูŽู‡ููŠุŒ ูˆูŽุงู„ููŽุฑู’ุฌู ูŠูุตูŽุฏู‘ูู‚ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽูŠููƒูŽุฐู‘ูุจูู‡ู โ€œSesungguhnya Allah telah menuliskan atas keturunan Adam akan bagiannya dari zina yang dia pasti mengenainya. Zina mata adalah pandangan. Zina lisan adalah ucapan. Adapun jiwa itu berangan-angan dan bersyahwat. Dan kemaluan itu membenarkan semua itu atau mendustakannya.โ€ [Muttafaqun alaih] Lalu, bagaimanakah yang harus kita lakukan jika kita tiba-tiba dengan tidak sengaja melihat kepada seorang ajnabi? Segera palingkan pandangan, sebagaimana hal ini pernah ditanyakan oleh Jarir bin Abdullah radliyallahu anhu kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ู†ูŽุธู’ุฑูŽุฉู ุงู„ููุฌูŽุงุกูŽุฉู ููŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽู†ููŠ ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽุตู’ุฑูููŽ ุจูŽุตูŽุฑููŠ โ€œAku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang pandangan secara tidak sengaja, maka beliau menyuruhku untuk memalingkan pandanganku.โ€ [Hr. At Tirmidzi] Pandangan yang pertama itu tidak mengapa, tetapi pandangan kedua merupakan dosa seperti sabda Nabi kepada Ali ูŠูŽุง ุนูŽู„ููŠู‘ู ู„ูŽุง ุชูุชู’ุจูุนู ุงู„ู†ู‘ูŽุธู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุธู’ุฑูŽุฉูŽุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุฃููˆู„ูŽู‰ ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽุชู’ ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู โ€œWahai Ali, janganlah kamu mengikutkan satu pandangan dengan pandangan yang lain karena sesungguhnya bagimu yang pertama dan yang terakhir bukan untukmu.โ€ [Hr. Abu Dawud] Afwan Ukhti, Tutuplah Auratmu Kalau masalah terbesar yang biasa dialami laki-laki adalah menjaga pandangan, maka masalah terbesar yang dialami kaum hawa adalah menutup aurat. Banyak wanita, masih belum memahami batasan auratnya, bahkan itu terjadi kepada mereka-mereka yang sejatinya sudah belajar Islam. Keluar tanpa memakai jilbab, itu sudah dianggap biasa. Padahal, sebagaimana dapat diambil dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa rambut adalah termasuk aurat bagi wanita. Simak hadits berikut Pernah suatu kali, Asma binti Abu Bakar radliyallahu anhuma berkunjung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan memakai pakaian tipis. Ketika melihatnya, Rasulullah bersabda ูŠูŽุง ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกูุŒ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุฃูŽุฉูŽ ุฅูุฐูŽุง ุจูŽู„ูŽุบูŽุชู ุงู„ู’ู…ูŽุญููŠุถูŽ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตู’ู„ูุญู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฑูŽู‰ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ู‡ูŽุฐูŽุง ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุงยป ูˆูŽุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ูˆูŽุฌู’ู‡ูู‡ู ูˆูŽูƒูŽูู‘ูŽูŠู’ู‡ู โ€œWahai Asma, sesungguhnya seorang wanita apabila telah haid, maka tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini.โ€ Beliau berisyarat kepada wajah dan telapak tangan beliau. [Hr. Abu Dawud] Demikianlah penjelasan mengenai ikhwan dan akhwat artinya apa dalam Islam, semoga bermanfaat.
Jodohdan berjodoh, adalah bagian dari Keputusan Allah, penetapan Allah atas manusia. Urusan jodoh dan berjodoh, bukan sebuah urusan kecil dan main-main, karena Allah tak pernah main-main dalam menciptakan manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup hingga matinya manusia. Sampai pada saya beberapa kisah, yang membuat saya akhirnya Jodoh itu merupakan misteri Allah SWT yang selalu didamba setiap insan, terutama oleh akhwat yang belum berhasil menemukannya. Berbicara tentang penantian memang selalu membuat resah. Ditambah lagi bila yang dinanti itu adalah jodoh. Memikirkannya saja bisa membuat seorang akhwat menjadi panas dingin. Memang tidak semua akhwat merasa sulit mendapatkan jodoh. Ada yang sama sekali sedang tidak memikir tentang pernikahan namun secara tiba-tiba esok harinya ada seorang ikhwan yang melamar. Masyaa Allah. Masih ingat kisah cinta salah seorang putra daโ€™i ternama yang menikah dalam usia muda? Kisah cinta mereka menjadi viral di dunia maya. Terlepas dari pro dan kontranya pendapat yang beredar, yang pasti kisah ini sukses membuat baper para akhwat. Tetapi ada juga yang merasakan saat usia sudah menunjukkan saat yang tepat, teman sebaya pun sudah tak lagi merapat karena hatinya telah sukses tertambat di depan KUA, tapi apa daya sang pujaan belum juga tampak. Ternyata untuk mencapai jenjang pernikahan diperlukan sebuah kesabaran ekstra baginya. Walau bagaimana pun menikah itu tetap menjadi pilihan kita karena islam melarang kita hidup membujang. ู„ูŽุง ุตูŽุฑููˆุฑูŽุฉูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู โ€œTidak ada hidup membujang dalam Islam.โ€HR. Abu Daud ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู†ูŽู‡ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ุงู„ุชู‘ูŽุจูŽุชู‘ูู„ู Dari Aisyah ia berkata; โ€œRasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang hidup membujang.โ€ HR. Ad Darimi Menikah adalah menegakkan setengah tiang agama dan juga merupakan sunnah Rasulullah yang teramat indah. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ุฅูุฐูŽุง ุชูŽุฒูŽูˆูŽู‘ุฌูŽ ุงู„ุนูŽุจู’ุฏู ููŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽู…ู‘ูŽู„ูŽ ู†ูุตู’ููŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ุŒ ููŽู„ู’ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูุตู’ูู ุงู„ุจูŽุงู‚ููŠ โ€œJika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.โ€ HR. Al Baihaqi dalam Syuโ€™abul Iman. Tapi, ketahuilah jodoh bukanlah sandal jepit yang sering dipakai dan bisa tertukar. Jodoh akan datang pada waktu dan pada orang yang tepat. Jadi jangan karena teman-teman sebaya telah berhasil mencetak buku nikah membuat kita berkecil hati. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh akhwat yang sedang menanti kedatangan jodoh. Yaitu โ€ข Memperbanyak sholat ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุนููŠู†ููˆุง ุจูุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู โ€œMintalah pertolongan dengan sabar dan shalatโ€ QS. Al Baqarah 45 Merasa galau karena jodoh tak kunjung datang tentu dapat terobati dengan melaksanakan hadis di atas. Tak ada yang paling berharga bagi seorang selain kesabaran dalam menjalani hidup. Sholat adalah jalan keluar dari segala masalah. Laksanakan sholat wajib tepat waktu dan khusuk serta perbanyaklah sholat sunnah. Sangat dianjurkan melaksanakan sholat tahajud setiap malam tanpa terputus. Mintalah pada Allah pada waktu yang mustajab itu. โ€ข Memperbaiki Niat ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุจูุงู„ู†ู‘ููŠู‘ูŽุงุชู ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู„ููƒูู„ู‘ู ุงู…ู’ุฑูุฆู ู…ูŽุง ู†ูŽูˆูŽู‰ ููŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ู‡ูุฌู’ุฑูŽุชูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุฏูู†ู’ูŠูŽุง ูŠูุตููŠุจูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู ูŠูŽู†ู’ูƒูุญูู‡ูŽุง ููŽู‡ูุฌู’ุฑูŽุชูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ู‡ูŽุงุฌูŽุฑูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู โ€œSesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena perempuan yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tujukan.โ€ HR. Bukhari Memperbaiki niat adalah salah satu cara yang tepat saat berada dalam penantian jodoh. Tanamkan niat yang kuat bahwa menikah hanyalah karena Allah SWT bukan karena hal-hal lainnya. โ€ข Menjaga Hati Pada saat-saat seperti ini sangat penting untuk menjaga hati. Perasaan yang dimiliki tentu jadi lebih sensitif. Bisa saja rasa iri datang saat melihat teman-teman lain telah menikah sedangkan kita masih berada di batas angan. Selain itu jaga juga hati menjadi sangat penting, jangan sampai merasa putus asa dan membuka pintu masuk bagi syaiton. โ€ข Menjaga Diri ู…ูŽุง ุชูŽุฑูŽูƒู’ุชู ุจูŽุนู’ุฏููŠู’ ููุชู’ู†ูŽุฉู‹ ุฃูŽุถูŽุฑู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฑูู‘ุฌูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูู‘ุณูŽุงุกู Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita. HR. Bukhari Pada dasarnya seorang wanita itu adalah sebuah fitnah, apalagi wanita single. Pesona dan aura yang dimiliki dapat membuat lalai kaum laki-laki. Untuk itu kita wajib menjaga diri sebaik-baiknya, jangan sampai menjerumuskan orang apalagi menjerumuskan diri sendiri ke dalam dosa besar. โ€ข Memantaskan Diri Memantaskan diri di sini bukan berarti memantaskan diri agar mendapatkan jodoh sesuai kriteria yang kita inginkan. Memantaskan diri di sini lebih condong ke arah memantaskan diri sebagai seorang hamba Allah SWT. Menjadikan diri lebih baik dalam beribadah, memantaskan diri agar lebih sabar saat berada di masa-masa sulit, dan memantaskan diri saat jodoh akhirnya tiba. โ€ข Membahagiakan Orang Tua Memasuki masa pernikahan nanti membuat kita lebih sering menghabiskan waktu bersama suami dan juga anak-anak kita sendiri. Coba pikirkan bagaimana dengan orang tua yang telah mengurus kita dari kecil. Bukan berarti setelah menikah nanti kita melupakan orang tua. Tentu setelah menikah nanti kita harus mengatur waktu agar bisa menjenguk mereka. Tetapi belum tentu kita terpilih menjadi anak yang dapat menemani dan merawat masa tua mereka. Maka, jangan sia-siakan masa single ini. Bahagiakanlah orang tua sebaik-baiknya dan percayalah memberi kepada orang tua akan mendatangkan keberkahan dan ridho Allah SWT. โ€ข Mempersiapkan Mental Kita tidak dapat mengetahui jodoh seperti apa yang akan Allah berikan. Apakah dia miskin, kaya, bujang, duda atau mungkin yang telah berada dalam posisi menikah. Mempersiapkan mental sejak dini sangat diperlukan. Jangan sampai saat jodoh kita datang, kita merasa tidak siap. Atau setelah memasuki masa pernikahan timbul rasa penyesalan karena jodoh tidak sesuai dengan yang kita impikan. โ€ข Menikmati Masa Single Percayalah setelah berada dalam masa pernikahan pola kehidupan akan berputar 180ยฐ. Ditambah lagi jika telah hadir anak-anak, beribadah pun akan terasa sedikit sulit. Jadi jauh lebih baik menikmati masa single dengan prestasi dan juga kegiatan-kegiatan positif dari pada terus menerus bergalauria karena si dia. โ€ข Aktif Dalam Mencari Jodoh Secara Syarโ€™i Aktif dalam mencari jodoh bukanlah hal yang memalukan, asalkan kita melakukannya dengan cara-cara yang syarโ€™i. Mulailah dengan membicarakan hal ini dengan kedua orang tua. Tidak ada salahnya meminta mereka untuk mencarikan jodoh untuk kita. Selain itu kita juga bisa meminta tolong pada sahabat-sahabat dekat yang kita miliki. Mengajukan proposal pencarian jodoh kepada murabi juga sangat disarankan. Menanti datangnya jodoh sebenarnya sesuatu yang mengasyikan. Janganlah hal ini dijadikan beban. Karena akan tiba saatnya kita akan tersenyum-senyum sendiri saat kita telah berhasil melewati masa ini. Dan percayalah bahwa Allah SWT telah menetap segala sesuatu dengan sempurna bahkan dalam setiap detailnya. Allah SWT tak pernah menguji seorang hamba di luar kemampuan yang dimiliki. Peliharalah terus prasangka baik kepada Allah dan yakin bahwa yang diberikan adalah yang terbaik untuk diri kita. Duhaiakhwat Please attention!! Kasus Gombal Warning dengan : Korban : Akhwat yang masih gamang Terdakwa : Ikhwan diam-diam berharap Gejala : Jika ada akhwat yang membuat status tentang wanita sholehah atau impian suami atau membuat catatan tentang kerinduan pada sang Mujahid, hati-hati bila ada komentar dari ikhwan dan sejenisnya seperti ini
Ketika ia tak kunjung datang, banyak orang yang merasa cemas. Hal tersebut dapat menambah beban pikiran. Bahkan ada yang sampai frustasi. Namun, ada sebagian orang juga yang memutuskan untuk tetap memperjuangkan., meski dia sendiri tidak tahu siapa dan di mana kamu yang memilih untuk terus berjuang, berikut tips yang dapat kamu terapkan supaya lebih sabar dalam Mengerjakan hal-hal positif dapat membuat waktumu menjadi lebih bermanfaat hanya menunggu, lantas kamu menjadi galau. Tetap beraktivitas dan kerjakan apa yang menjadi kewajibanmu dulu. Jika kamu tertarik terhadap suatu hobi, maka berbagai komunitas atau menjadi volunteer, dapat membuat waktu menunggumu jadi lebih Habiskan waktu luangmu bersama keluarga dan sahabat juga akan belum bertemu jodoh, kamu masih memiliki orang-orang yang menyayangimu. Ya, mereka adalah orangtua dan sahabatmu. Sambil menunggu, habiskanlah dulu waktu bersama mereka, sebelum menghabiskan waktu bersama pasangan hidupmu bercerita bersama mereka tentu dapat meringankan beban pikiran. Kamu pun dapat menjadi lebih Memantaskan diri menjadi pribadi yang lebih baik kamu evaluasi dirimu dulu. Apakah sudah pantas untuk bertemu dengan jodohmu atau belum? Jika nanti dipertemukan, kira-kira kalian akan cocok atau tidak? Setiap orang memang tak ada yang sempurna dan pasti memiliki bukan berarti kamu tak mau memperbaiki diri. Saat-saat menunggu seperti ini, kamu punya waktu untuk memantaskan diri. Sehingga ketika nanti sudah bertemu dengan jodohmu, kalian bisa saling Ubah mindset supaya pikiranmu tentang jodoh menjadi lebih terbuka Setiap orang pasti diciptakan berpasang-pasangan. Perbedaannya hanya di masalah waktu saja. Tanamkanlah hal tersebut dalam pikiranmu. Tak perlu terburu-buru untuk perlu galau memikirkannya selalu. Pikirkan hal-hal lain yang juga bermanfaat, dan tetap berpikiran positif, bahwa jodohmu akan datang di waktu yang Bermain bersama anak kecil akan lebih baik, daripada kamu murung menunggu tawa, serta keriangan mereka dapat menjadi obat penenang di saat kamu sedang menunggu. Supaya kamu tidak merasa galau, bermain bersama anak-anak juga bisa menjadi penghiburmu. Selain itu, menemani mereka bermain dapat melatih kesabaranmu Bangun lebih pagi menjadi awal kebahagiaan harimu dengan bangun lebih pagi. Hal tersebut dapat berdampak positif bagi kegiatanmu sehari-hari. Kamu akan lebih terlihat sebagai pribadi yang bersemangat. Meski jodoh masih belum kunjung datang, auramu tetap terpancar positif, dan menunjukkan bahwa kamu adalah sosok yang tangguh dalam menghadapi Menunggu memang melelahkan, namun sempatkan waktumu untuk berolahraga menunggu kehadiran jodoh, kamu patut untuk menyayangi dirimu terlebih dahulu. Contohnya, rajin berolahraga. Menunggu jodoh bukan berarti kamu harus larut dalam kesedihan, dan membiarkan kondisi fisikmu menjadi tak berolahraga juga dapat membuat tubuh menjadi bugar dan terlihat awet Jangan lupa berdoa di setiap waktu memberi jodoh adalah Tuhan. Meskipun kamu sudah berusaha dan sabar menunggu, tetaplah meminta kepada-Nya. Ingat, Tuhan dapat membolak balikkan hati manusia. Dengan berdoa, tak hanya membuatmu menjadi lebih sabar dalam menanti jodoh, tapi juga menjadi lebih jodoh, memang sulit diprediksi. Untuk itu, setelah membaca tips-tips di atas, kamu bisa coba terapkan langsung. Semoga yang belum menemukan jodoh, bisa segera mendapatkan! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Bukakembali kisah-kisah para salafushshaalih yang kerap memeriksa dan memelihara langkah-langkah kehidupannya. Ibnu Abi Dunya meriwayatkan sebuah peristiwa yang dialami seorang shalih bernama Ibnu Simmah saat ia berusia 60 tahun. Beliau memberikan jalan keluar dengan mengajaknya langsung melamar seorang akhwat dengan datang
Ilustrasi./Copyright dumlaoPunya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'. *** Kapan? Kapan? Kata tanya kapan bagi sebagian orang mungkin menjadi pertanyaan yang sering dihindari atau bahkan dibenci. Mungkin banyak di antara kalian yang seringkali diberi pertanyaan dengan kata tersebut. Bukan pertanyaannya yang membuat kesal, tetapi karena jawaban yang harus diberikan menuntut pemenuhan yang kadang memang belum tahu kapan, sehingga banyak yang tak suka saat pertanyaan itu ditujukan kepada kita. Kapan wisuda? Kapan bekerja? Kapan menikah? Kapan punya momongan? dan kapan kapan lainnya. Bahkan saat pertanyaan kapan bisa dijawab sempurna bisa saja di lain waktu akan ada pertanyaan serupa meski dalam hal yang lain. Benar memang kata tersebut seakan bisa beranak pinak tak ada habisnya. Tak hanya mereka yang pernah merasakan apa yang harus dijawab saat sedang ditanya "kapan", begitu pun dengan saya saat masih bekerja. "Kapan menikah?" seperti santapan sehari-hari yang mereka sampaikan kepada saya kala itu. Sebelumnya saya tak pernah mendapatkan pertanyaan yang kadang begitu sedih mendengarnya. Perkuliahan saya terbilang begitu lancar hingga wisuda. Dan saat mencari pekerjaan juga diberikan kemudahan. Sudah bekerja mau apa lagi coba kalau tidak menikah, karena tidak ada rencana untuk studi menjadi titik balik dari sebuah lontaran pertanyaan kapan menikah, dari situ saya pun sedikit tersentak. Memang kapan saya akan menikah? Dengan siapa? Sementara saat ini saya sedang tidak dekat dengan lelaki siapapun. Termenung di sudut kamar sambil berpikir dan menebak-nebak bagaimana nanti saat saya menikah. Di awal tahun 2013 pertanyaan seperti itu sering terdengar di telinga ini, karena masih terbilang santai saya jawab saja, "Kapan-kapan." Namun kian hari pertanyaan serupa masih tetap terdengar memenuhi gendang telinga saya. Tidak hanya rekan kerja, tetangga dan saudara juga menanyakan hal serupa. Semakin was was saat beberapa teman sekolah dan rekan kerja sudah banyak yang menikah. Tetapi saya tak ingin terbawa suasana hati atau hanya sekadar iri, saya coba santai menanggapi. Hingga di akhir tahun 2013 hati ini semakin merindukan dan mengharapkan akan sebuah pernikahan. Sampai-sampai saat beberapa dari mereka memberikan pertanyaan serupa saya makin cerdas menjawab. Jawaban yang menyiratkan akan sebuah doa dan harapan yang memang sedang ditunggu. Saya jawab saja, "Insyaallah secepatnya," karena begitu saya harapkan dan barangkali bisa menjadi doa yang bisa jadi di antara mereka para pemberi pertanyaan adalah orang yang makbul doanya sehingga semakin kuat dalam mengetuk pintu langit untuk segera memberi jodoh. Menikah, selain saya jadikan resolusi di tahun 2014, saya juga ikut program sedekah yang dipopulerkan oleh salah satu ustaz kondang Indonesia, di dalamnya saya punya cita-cita ingin mewujudkan pernikahan. Tak lupa di setiap doa saya selipkan keinginan untuk segera menikah. Dan saat teman membagikan undangan pernikahan saya coba hadiri di saat ijab berlangsung, karena saat itu langit berguncang dan para malaikat banyak yang mendoakan. Saya manfaatkan untuk mendoakan sang pengantin dan tak lupa saya juga berdoa untuk segera berjodoh. Beberapa kali juga melaksanakan salat istikharah agar diberikan gambaran siapa jodoh saya. Orangtua juga ikut mendoakan saya agar segera sudah tinggal menanti terwujudnya cita-cita mulia, setidaknya dengan menikah bisa menyempurnakan separuh agama. Tetapi ada Allah yang jelas memberikan yang terbaik di antara yang baik untuk hamba-Nya. Tidak semua keinginan hamba-Nya bisa langsung segera dikabulkan. Allah Maha Mengetahui perkara gaib. Barangkali saya memang belum siap atau memang belum ada yang cocok hingga menanti beberapa tahun. Dari sini saya bisa belajar untuk bersabar dan mengerti kalau semua yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita. Mungkin ketika kita menginginkan membeli motor baru, HP baru, baju mahal sekalipun bisa kita kumpulkan uang sedikit demi sedikit. Tetapi kalau masalah jodoh hanya Allah yang bisa memberi. Mau meminta ke orangtua, ya tidak bisa. Mau nangis juga percuma kalau belum saatnya tiba. Makanan bisa dibeli, baju bisa dibuat, kerja bisa dilamar, rusak bisa diganti, nah ini jodoh mau minta sampai menangis berhari-hari juga akan percuma kalau waktunya belum tepat. Sudahlah sabar, barangkali saya yang memang belum ikhlas selama mengharap. Apakah saya yang memang masih belum baik? Mungkin karena jodoh saya adalah orang yang baik, saya masih belum sepadan jadi belum dipertemukan, entahlah. Hanya mencoba berprasangka baik dengan keadaan. Terus merenung dan mencoba introspeksi diri serta memperbaiki diri. Karena jodoh juga bagian dari rezeki, barangkali kita sendiri yang menghambat rezeki kita yang lain karena punya utang atau karena berjanji tetapi belum kita penuhi. Dan pertanyaan "kapan" masih terus terngiang di telinga dan seperti biasa saya jawab saja. "Secepatnya, mohon doanya ya." Meski sebenarnya belum ada kepastian lebih lagi tidak ada pria yang sedang dekat. Sampai-sampai begitu saya nanti dan nikmati saat seseorang menanyakan kapan saya menikah. Karena mereka hanya melihat lahiriahnya saja tanpa tahu usaha apa yang sebenarnya sudah setelah beberapa tahun menanti di bulan mei tahun 2016 saya diperkenalkan dengan seseorang yang serius ingin mencari pendamping hidup. Setelah mengetahui biodata masing-masing, kami pun bertemu. Perkenalan yang singkat tetapi kami tidak main-main. Kami bawa perkenalan tersebut ke jenjang pernikahan. Sebulan setelah proses lamaran kami menikah. Kami pun sekarang sudah memiliki satu orang anak. Meski terbilang singkat menanti jodoh, namanya menunggu adalah pekerjaan yang menjemukan hingga terasa seperti puluhan tahun. Dan sekarang pertanyaan kapan menikah sudah tak terdengar lagi bak tergerus ombak yang perlahan menghilang. Tetapi bukan berarti tidak lagi menjumpai pertanyaan "kapan". Karena saat punya anak saya putuskan untuk berhenti bekerja, sekarang digantikan dengan, "Kapan bekerja lagi?" Mencari Jodoh Jadi Terasa Makin Sulit Bila Dipaksakan Jika Tak Bisa Memberi Kepastian Maka Lepaskanlah, Cinta Bukan Permainan Kuputuskan Pacarku Demi Kamu, Tapi Kenapa Kamu Masih Bertahan Dengannya? Sempat Jalan Bareng, Hubunganku dengan Sahabat Cowok Malah Merenggang Dikenalkan ke Keluarga Bukan Jaminan Hubungan Akan Berakhir di Pelaminan vem/nda
MantanItu Hanya Jodoh Orang Lain yang Pernah Ters Menikahlah dengan yang Mengajakmu Berjuang Bukan S Cowok yang Serius Tidak akan Cari-Cari Alasan, Kar Ingatlah jangan coba2 Selingkuh Itu Rasanya Seneng Bertahanlah Dengan Orang yang Sama-sama Ingin Berj Kisah Nyata Menyedihkan, Seorang Istri Meninggal D Bismillaahirrahmaanirrahiim In sya Allah di postingan kali ini dan beberapa postingan berikutnya saya bakal share kisah perjalanan saya menuju halal. Sekadar berbagi pengalaman saja sih, barangkali ada yang terinspirasi pengen ngikutin jejak saya dalam menjemput jodoh, hehe. I know, setiap orang punya cerita sendiri-sendiri dalam menjemput jodohnya masing-masing. Ada yang harus menyeberang lautan luas baru ketemu jodohnya, ada yang cuma nyeberang jalan depan rumah langsung bertamu di rumah jodoh. Ada yang rela menunggu berbilang tahun lamanya sampai melewatkan banyak 'bakal jodoh' yang sempat bertandang ke rumah demi seseorang yang ternyata bukan jodohnya, ada pula yang sebatas kenal lewat selembaran biodata, ketemu cuma sekali eh langsung berjodoh. Macam-macamlah kisah yang menghiasi perjalanan seseorang dalam menjemput jodoh, mulai dari kisah paling klasik sampai kisah yang luar biasa menakjubkan. Satu hal yang pasti. Jodoh itu rahasia. Penuh misteri. Gak bisa ditebak siapa yang bakal jadi jodoh kita. Boleh jadi dia yang kelak menjadi jodoh kita adalah teman sepermainan waktu kecil atau tetangga sebelah rumah atau teman kelas semasa SMA atau teman seangkatan saat kuliah atau justru dia adalah seseorang yang tidak pernah ada dalam daftar teman kita mulai dari TK sampai Kuliah. Selain tidak bisa ditebak, jodoh juga nggak bisa dipaksa. Iya, kita tidak bisa paksa seseorang yang kita suka bakal jadi jodoh atau memaksa diri berjodoh dengan seseorang yang menjalin kasih tak halal sekian tahun lamanya dengan kita. Jodoh itu mutlak ketetapan Allah, bukan ketetapan manusia. So, nggak usah heran bila mendapati dua orang yang konon saling mencintai bertahun-tahun lamanya tapi di pelaminan bersandingnya malah dengan orang lain. Lebih-lebih pada dua orang yang konon tak saling mencintai, menjalin hubungan kasih pun tak pernah, anehnya kok bisa sama-sama melangkah menuju pelaminan bersama tanpa paksaan atau dorongan siapapun. Eh, ada kok yang kayak gitu. Segelintir. Mereka adalah orang-orang yang paham bahwa sebenarnya urusan jodoh ini sederhana sekali. Yang berjodoh akan bersatu. Yang tak berjodoh akan berpisah. Begitu aturannya. "Kalau begitu, nggak usah rempong cari-cari jodoh dong. Kan jodoh sudah diatur. Biar nggak dicari juga pasti ketemu" Yup. Jodoh memang nggak perlu dicari. Ngapain dicari, toh jodoh kita sudah ada. Ada di tangan Tuhan. Untuk bertemu, kita yang harus datang menjemputnya. Datang ke Allah. Minta dengan permohonan terbaik. Allah kan perkenankan. Mengutip kata Mario Teguh; โ€œJodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dari-Nya, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.โ€ Of course, jodoh bukan dicari tapi dijemput. Kalau bukan kita sendiri yang menjemput mustahil ketemu. Sama kayak rejeki. Kalau kita malas-malasan tinggal di rumah, nggak usaha cari kerja, mana mungkin bisa dapat uang buat makan. Begitu pula dengan jodoh. Agar segera ketemu dengan calon pasangan hidup, kita yang wajib menjemput. Namanya menjemput ya harus bergerak, nggak bisa cuma diam di tempat, kudu ada usaha atau bahasa kerennya ikhtiar semaksimal mungkin yang harus kita lakukan. Oh ya, menjemput jodoh adalah tugas kedua belah pihak. Bukan cuma laki-laki saja yang wajib menjemput, perempuan pun harus datang menjemput jodohnya sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh siapa-siapa. Beneran deh. Saya sempat keliru bertahun-tahun perihal ini. Menganggap tugas perempuan hanyalah menunggu, lelaki-lah yang bertugas menjemput. Padahal rumusnya tidak demikian. Ingat janji Allah. Lelaki baik untuk perempuan baik sebaliknya lelaki buruk untuk perempuan buruk pula. Artinya, lelaki yang serius dengan perempuan yang serius, lelaki main-main dengan perempuan main-main, begitupula lelaki yang berikhtiar pastilah dengan perempuan yang sama-sama berikhtiar, nggak mungkin ketemunya dengan perempuan yang kerjaannya just galau menunggu ketidakpastian. Padahal kepastian itu musti diikhtiarkan bukan sebatas didiamkan. Alhasil, dengan pemikiran yang keliru itu saya kebanyakan bapernya; dapet udangan teman nikah, baper, datang ke kondangan sendirian, baper, menulis yang ujung-ujungnya menyerempet ke jodoh, baper lagi, ditimpuk pertanyaan kapan nikah, makin baper, ditanya udah punya calon, bapernya makin gak ketulungan belum lagi dengan meme-meme yang tiap hari memenuhi time line akun media sosial saya yang kebanyakan nyinyirin yang masih betah menyendiri. Duh, yang mau lama-lama betah melajang siapa juga. Apalah daya saya ini, cuma seorang perempuan baperan yang sering dilanda galau menanti sang jodoh yang tak kunjung datang. Saat itu yang bisa saya lakukan sepanjang waktu hanya menunggu sembari memantaskan diri dan memintal harap dengan kesabaran meluas pada-Nya. Semoga suatu hari nanti, jodoh saya segera turun dari langit *mimpi kali yee. Alih-alih disesaki dengan kegalauan all about jodoh saya mulai menyibukkan diri dengan melakukan banyak aktivitas, membaca lebih banyak, belajar lebih banyak, berinteraksi dengan lebih banyak orang hingga sekonyong-konyong ide menjemput jodoh itu nyangkut sendiri di otak. Well, saya gak bisa selamanya menunggu seperti ini, teman-teman di sekeliling udah pada melangkah ke pelaminan sementara saya masih gini-gini saja, masih stagnan, berdiri di tempat yang sama dengan status yang belum juga berubah. Saya harus mengambil langkah pertama dan ta ra ra inilah ikhtiar saya dalam menjemput jodoh; Niat Barangkali sama dengan orang yang berniat lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, selepas menyelesaikan kuliah strata satu, bakal mencari info-info terkait beasiswa S2 atau segera mendaftarkan diri di kampus pascasarjana. Begitupula dengan mereka yang berkeinginan kerja setelah sarjana, pasti bakal sibuk cari info lowongan kerja loker atau langsung mengajukan lamaran pekerjaan ke loker yang terbuka. Pun dengan saya yang setelah wisuda gak ada niat sama sekali pengen cari kerja apalagi lanjut kuliah. Niatan yang terlintas di hati saya setelah mengenakan toga pengennya langsung mengenakan gaun pengantin. Haha. Seriously, niat saya setelah sarjana memang menikah Tapi bukannya sibuk mencari-cari jodoh saya malah memutuskan pulang ke kampung kelahiran. Jangan disangka saya sengaja pulang karena pengen dapet jodohnya di tanah Papua. Tssst, diam-diam keinginan saya justru sebaliknya, hehe. Pengennya dapet jodoh di tanah Daeng. Karena itu saya harus pulang. Balik Papua. Minta restu orang tua meski belum punya calon, hehe. Baru modal niat. Yup, pulang ke rumah orang tua adalah salah satu ikhtiar saya dalam menjemput jodoh. Pulang dengan membawa sepenuh niat. Berbakti sama orang tua. Entah kenapa, saya merasa cepat atau lambat jodoh saya akan segera datang menjemput lalu membawa saya tinggal jauh dari kedua orang tua. Jadi, satu-satunya hal yang terbersit di benak saya setelah hadirnya kembali niatan tersebut adalah saya harus menghabiskan lebih banyak waktu membersamai mereka. Bukan malah pergi melanglang buana semakin jauh dari keduanya demi menemukan sang jodoh. Waktu itu, meski niatan ingin segera menikah telah muncul lagi di hati, selintas pun saya gak kepikiran mau cari jodoh, apalagi pulang dengan maksud minta orang tua yang mencarikan jodoh. Nggak ada mah pikiran-pikiran macam gitu yang nyangkut di otak saya. Yang ada, semakin tumbuh niatan ingin menikah semakin besar pula tekad saya untuk kian dekat dengan orang tua. You know, why? I think, kedekatan dengan orang tua yang akan mendekatkan saya dengan sang jodoh. Saya sangat yakin, alurnya bakal demikian. Dan memang benar, terbukti! Hihi. Berawal dari niat semata. Niatan yang mulanya masih bengkok. Keliru. Belum lurus. Dulu ketika niat itu pertama kali mencuat saya ingin menikah sebatas ingin menikah saja. Menikah biar saya bisa lekas menanggalkan status single. Sebab yang tergambar dalam benak saya, kehidupan pernikahan itu indah jadi saya ngebet pengen nikah segera. Nggak pake lama. Kan enak kalau udah punya pasangan. Kemana-mana ada gandengan, nggak sendiri lagi, gak baperan lagi. Menikah karena lama-lama saya sumpek sering ditodong pertanyaan 'kapan' sama orang-orang yang begitu peduli dengan kesendirian saya. Iri juga lihat teman-teman di sekeliling udah pada punya suami, udah gendong anak sementara saya belum. Namun, saya menyadari kesalahan yang besar dengan menumbuhkan semua niatan tersebut. Saya baru benar paham ketika mulai tertarik membaca buku-buku, artikel-artikel serta mendengar wejangan-wejangan terkait pernikahan yang berulang-ulang menekankan persoalan niat. "Innamal a'malu binniyah wa innama likullim riin maa na waa" Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan. Menikah itu perkara ibadah. Sama kayak shalat. Wajib hukumnya diawali dengan niat yang ikhlas. Lillaahi ta'ala. Tidak boleh dicampuri dengan niat-niat lain. Terlebih bila niat menikah hanya karena cinta, ikut-ikutan atau alasan duniawi lainnya. Mau dapat apa dari niatan kerdil semacam itu. Menikahlah karena Allah. Menikahlah karena kita mendambakan ridho-Nya. Menikahlah karena sami'na wa atho'na dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Serupa dengan nasihat ust. Khalid Bassalamah yang saya ambil dari cuplikan ceramah beliau di youtobe. "Menikah itu jangan karena disuruh orang tua. Jangan menikah karena terdesak. Jangan menikah hanya karena SUKA. Jangan menikah karena semua teman-teman sudah menikah, tinggal kita sendiri. Saya menikah karena perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana saya shalat karena perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana saya puasa karena perintah Allah dan Rasul-Nya" So, bagi kalian yang saat ini telah terbesit niatan ingin segera menikah, yuk senantiasa perbaharui dan luruskan niat-niat kita. Jangan cuma sekadar menghadirkan niat yang asal-asalan tapi sungguh-sungguhlah dalam berniat. Ikhlas lillaahi ta'ala. Niat itu adanya dalam hati dan Allah Maha melihat hati-hati kita. Fyi, kita nggak perlu punya calon dulu baru berniat, tapi berniatlah yang ikhlas dan benar, tepat di saat niat tersebut hadir, saat itu pula Allah kan menyiapkan jodoh terbaik untuk kita. Jodoh yang telah lama ada di tangan-Nya bahkan jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia. Hanya persoalan waktu saja, jodoh di tangan-Nya akan segera diulurkan ke kita. Target Kalau ditanya kapan nikah, jelaslah saya yang ketika itu masih 'alone' nggak bisa memberi jawaban pasti. Wong jawabannya cuma Allah yang tahu. Sama bila saya memberi pertanyaan balik dengan mengganti kata setelah kapan menjadi mati. Otomatis nggak bisa jawab kan? Iya, sebab menikah itu satu paket dengan kematian. Hakikatnya sama. Mutlak Rahasia Allah. Telah ditetapkan waktunya. Rahasia itu baru akan tersibak ketika masanya telah tiba. Ya, bisa jadi ajal atau jodoh duluan yang menghampiri kita kelak. Wallaahu a'lam Semestinya yang menjadi ketetapan Allah nggak perlu ditanya-tanya. Toh, setiap orang telah ditentukan jatah jodoh masing-masing. Soal kapan biarlah menjadi urusan Yang Maha Kuasa. Lagian nggak adil juga, selama ini kita cuma berani basa-basi mengajukan pertanyaan kapan nikah ke teman-teman yang masih happy dengan status singlenya tapi tidak pernah berani bertanya ke mereka atau minimal ke diri sendiri, kamu kapan matinya? But, whateverlah, keep positif thingking, walaupun saya sendiri kadang suka sebel bin kesel dengan orang-orang di sekitar yang doyan mengajukan pertanyaan basi macam gitu macam nggak ada pertanyaan lain saja. Coba konteks pertanyaannya diganti kayak gini. "Ukh udah niat menikah belum?" Eh, kalau niat ada sih tapi belum ada calonnya, hehe "Kalau ada yang mau ajak antii ta'aruf, mau gak?" Hmm diam sejenak pura-pura mikir. Iya. Boleh juga. Nah, itu tuh bentuk pertanyaan yang tepat, kalau memang kita benar-benar peduli sama teman, saudara atau sahabat yang masih single. Pertanyaan yang kita ajukan mustinya bisa jadi solusi bukan pertanyaan yang bikin mereka tambah galau berlipat-lipat. Misalkan, sewaktu-waktu dapat todongan pertanyaan retoris yang mengandung tawaran baik kayak gitu, kita juga gak usah sok-sok-an jaim. Bilang saja iya. Bilang saja mau. Kalau memang berminat, apa salahnya? Hehe. Jodoh itu bisa dijemput dari arah mana saja, guys. Mau lewat orangtua, teman, tetangga, kerabat, guru, orang yang baru kenal di perjalanan udara pun jadi atau dari mana-mana saja. Kuncinya, jangan sempitkan pikiran dan buka akses jalan menuju ke sananya lebar-lebar. Urusan hasil belakangan, yang penting ikhtiar dulu. Logikanya, gimana kita mau segera ketemu jodoh, bila setiap ada yang datang langsung ditolak. Pendek, ditolak. Tinggi, ditolak. Kurus, ditolak. Gemuk juga ditolak. Miskin, ditolak. Kaya pun ditolak. Maunya apa coba. jawaban ust. Khalid nih bila ditanya soal jodoh Bukan berarti pula kita boleh asal menerima sesiapapun yang datang, tapi sebelum menolak, please, pertimbangkan baik-baik apa yang wajib dipertimbangkan. Oke, masalah pertimbangan itu kita skip dulu, kembali ke soal pertanyaan. Kalau pertanyaan kapan nikah diselipi kata ingin di tengahnya atau diganti dengan pertanyaan, target nikahnya kapan, baru deh saya bisa kasih bocoran jawabannya. In syaa Allah di umur duapuluhtiga. Itu target nikah saya selanjutnya ketika target awal saya pupus di tengah jalan. Jadi gini, sebelumnya saya pernah pasang target; pengen menikah dini tepatnya di umur duapuluh. Ups! Keinginan tersebut bahkan pertama kali muncul saat saya masih mengenakan seragam putih abu-abu. Semasa SMA memang udah terbesit niatan saya ingin menikah muda, hihi, tapi niatan tersebut terpaksa harus saya singkirkan jauh-jauh demi memenuhi harapan orang tua terutama mama yang menginginkan putrinya meraih gelar sarjana lebih dulu sebelum menyabet gelar istri. Lagipula ketika memasuki umur duapuluh, saya baru duduk di bangku semester lima, masih asyik berkutat dengan tumpukan tugas dari dosen yang seperti gak ada ujungnya belum ditambah dengan seabreg kegiatan kemahasiswaan yang saya geluti, mana sempat mikir nikah muda. Lagian juga tidak ada tanda-tanda jodoh saya bakal datang di umur duapuluh. Yowes, saya beralih, bikin target baru. Menikah lepas kuliah. Well, karena saya lebih dulu kejar target wisuda di umur duapuluhdua jadi saya sengaja bikin target menikah di umur duapulutiga. Ceritanya biar bisa lebih fokus mempersiapkan diri gitu. Alhamdulillaah, target wisuda saya tercapai tepat waktu sementara target menikah saya, eng ing eng! Bukannya tidak tepat waktu, hanya saja ketika saya datang menjemput jodoh di umur segitu, Allah belum kasih. Namanya manusia cuma bisa berencana, Allah yang menentukan. Saya merencanakan menikah di umur duapuluhtiga namun Allah punya kehendak lain, yoweslah, kan saya masih bisa bikin target baru. Intinya sih, jangan pernah putus asa. Target pertama gagal, bikin target kedua, target kedua juga gagal masih ada target-target selanjutnya yang bisa kita susun sewaktu-waktu selagi niatan masih menetap di hati. Ibaratnya, niat tanpa target adalah sebatas angan sedang niat yang disertai target adalah mimpi yang berpijar. Setidaknya dengan menetapkan target, kita punya tujuan yang jelas. Menjadikan mimpi bukan sebatas bunga tidur. Seperti halnya dengan niat, target yang saya tetapkan juga tidak asal-asalan. Bila di dua target sebelumnya saya sekadar mencantumkan umur, maka target selanjutnya saya bikin lebih spesifik. Tidak tanggung-tanggung; hari, tanggal, bulan dan tahun pun saya cantumkan jelas-jelas. Selain menuliskan target tersebut di buku catatan yang kerap saya bawa kemana-mana, diam-diam hati saya juga sering berbisik lirih tentang niatan tersebut. Yaa Allah, saya ingin menikah. Maksimal di umur duapuluhlima, tapi kalau boleh sebelum umur saya menyentuh angka seperempat abad. Jika boleh ya Allah. Mohon perkenankan. Waktu itu, tersisa enam bulan sebelum umur saya memeluk angka duapuluh lima. Saya telah berada persis di titik pasrah, jodoh yang tadinya saya sangka dekat terasa kian jauh tak terjangkau sementara target yang saya tentukan tinggal hitungan bulan. Jadi, apa yang bisa saya lakukan selain memasrahkan semua yang terbaik pada ketetapan-Nya. Enam bulan yang kemudian menjelma tiga bulan tersisa dan saya masih belum punya jawaban iya bila ditimpuk pertanyaan udah punya calon belum. Bila diingat, rasanya mustahil saya bisa memenuhi target nikah dalam jangka waktu sesingkat itu. Belum prosesnya. Belum musyawarah antar keluarga. Belum masalah uang panai'. Belum khitbahnya. Belum penetapan tanggal nikah. Belum persiapan walimah. Waduh, baru sekadar memikirkan saja saya udah kewalahan duluan. Tapi, apa sih yang mustahil bagi Allah. Kun Fa ya Kun. 15 April 2017. Di dua bulan kurang tiga hari menjelang seperempat abad, alhamdulillaah, target menikah yang sempat saya anggap mustahil beneran terwujud. So, tunggu apa lagi. Bagi kalian yang telah berniat menyempurnakan separuh dien, Allah dengar kok segala isi hati kita. Ayo, segera bikin target; kapan ingin nikah? Aksi Oke, sekarang waktunya beraksi. Haha saya bukan ngajakin ikut aksi demo ya, melainkan aksi jemput jodoh. Ikhtiar sebatas niat dan target saja belum cukup. Perlu tindakan nyata yang saya sebut sebagai aksi. Sepengamatan saya, aksi menjemput jodoh ini juga banyak macamnya. Ada yang beraksi menjemput jodohnya lewat perjodohan, ada yang lewat kontak jodoh ada yang lewat dunia maya, ada yang lewat jalinan kasih sebelum SAH, ada yang lewat jalinan hati tanpa kepastian, ada pula yang cuma lewat perantara teman, guru, saudara, kerabat atau kenalan. Kira-kira bila ditawarkan memilih, kalian pilih aksi jemput jodoh yang mana? Kalau saya milihnya, aksi yang Allah ridhoi, Orang tua ridho, saya pun ridho. Jika lewat perjodohan, orang tua ridho otomatis Allah juga ridho, tapi belum tentu sayanya ridho. Syukurnya, orang tua saya bukan tipikal orang tua yang suka memaksakan keinginan mereka ke anaknya. Apalagi terkait urusan yang si anak sendiri bakal ngejalani. Lagipula dalam Islam nggak ada tuh konsep perjodohan macam zaman Siti Nurbaya. Sebaliknya, wanita diberi kebebasan memilih jodoh sesuai dengan keinginannya sendiri. Seperti yang disabdakan Rasul. โ€œDari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilihโ€ HR Abu Daud Beraksi lewat kontak jodoh macam yang di tipi-tipi juga bukan saya banget, selain caranya yang nyeleneh, saya nggak minat sama sekali, lebih-lebih lewat dunia maya yang dominan fatamorgana. Di akun medosnya saja tampak perfect, aslinya i don't know. Sekarang kan jamannya serba pencitraan. Orang-orang gampang memosting gambar-gambar dirinya yang telah diedit sedemikian rupa dihiasi pula dengan caption yang sok bijak, sok melankolis, sok agamis, sok motivator, namun di dunia nyata wajah dan sikapnya ternyata berbanding seratus delapan puluh derajat. Astaghfirullaah, bukannya bermaksud su'udzhon, tanpa disadari saya pun mungkin pernah melakukan khilaf yang sama, cuma mengingatkan saja. Hati-hati, jangan terlalu larut dengan dunia maya. Cukuplah menjadikan dunia maya sebagai media komunikasi dengan batasan-batasan tertentu bukan sebagai tempat kita beraksi menjemput jodoh dengan mengobral janji-janji palsu. *eaaa Menjemput jodoh dengan jalinan kasih sebelum SAH juga bukan satu-satunya pilihan terbaik. Meski mungkin masih banyak di luar sana yang berpikir satu-satunya cara terbaik menjemput jodoh adalah dengan menjalin hubungan lebih dulu. Logikanya, gimana mau segera dapat jodoh, bila kekasih baca; calon saja belum punya, bergaulnya sesama perempuan, jarang pula keluar, mana ada lelaki yang melirik perempuan single yang sebegitu tertutupnya. Eits, jangan salah! Hanya karena berkomitmen jadi pejuang jofisha jomblo fisabilillaah, red or singlelillaah bukan berarti saya gak bisa segera dapat jodoh. Justru itulah salah satu ikhtiar saya dalam menjemput jodoh. No relationship before marriage. Kadang-kadang jodoh memang gak butuh logika kok. Kurang lebih sama-lah dengan rejeki. Sering datang dari arah yang tak disangka-sangka. Kayak yang udah saya alami. Ih, kok bisa. Gimana ceritanya. Teman kampus, bukan. Teman organisasi, bukan. Teman di medsos, iya, but pajangan doang sih. Nyaris gak pernah saling sapa di dunia maya. Ketemunya cuma sekali, kenalan singkat juga cuma sekali via BBM doang. Udah gitu aja. Nothing special. Dia di Makassar. Saya balik Papua. Kurang lebih dua tahun pasca pertemuan dan perkenalan yang hanya sekali, kami sama sekali gak ada komunikasi apa-apa. Lalu, belum genap tiga tahun berjalan, rasanya semua seperti mimpi. Saya ketemu dia lagi. Bersama orang tua. Di ruang tamu rumah saya. Di Papua. Besoknya. kami ketemu lagi. Di kamar pengantin. Pasca ijab kabul. Uhuk. Well, sampai detik ini pun bila mengingat kronologis perjalanan saya menjemput dia dan dia menjemput saya, rasanya masih kayak mimpi. Sulit percaya. Logikanya dimana coba, kami hanya butuh dua kali pertemuan untuk jadi jodoh, di luar sana malah ada yang langsung berjodoh di pertemuan pertama. Etapi saya tak menyarankan kalian beraksi mengambil tindakan nekat dengan menjemput jodoh bak membeli kucing dalam karung yaa. Kecuali benar-benar yakin. For me, jodoh yang tak butuh logika. Bukan cinta. Sebab cinta sewajarnya butuh logika. Jika cinta tanpa logika endingnya bakal crazy or dead. Tuh, baca saja kisah cinta tak berlogikanya Majnun terhadap Layla atau Romeo terhadap Juliet yang rela menjadi gila dan mati oleh sebab cinta. Keduanya bukan kisah cinta heroik yang patut diteladani. Kisah cinta yang heroik itu yang serupa kisah cinta Sang Rasul terhadap kekasih pertamanya Khadijah yang mengajarkan kepada kita tentang kesetiaan. Betapa sabda Rasul ketika mengenang kesetiaan menduang istrinya. "Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tak memberiku apa-apa. Allah mengaruniakan aku anakn darinya dan mengharamkanmu anak dari selain dia" [HR Imam Ahmad]. Aih, tiap baca hadis ini hati saya selalu tersentuh. Adakah saya bisa meneladani betapa mulianya khadijah sebagai seorang istri. Atau pernah nggak baca kisah cintanya seorang Salman Al Farisi, sahabat nabi dari Persia yang konon diam-diam menaruh perasaan cinta pada seorang wanita muslimah Madinah nan shalihah. Berniatlah ia hendak melamar wanita tersebut. Namun, sebagai penduduk baru di Madinah Salman tidak mengetahui persis bagaimana tradisi mengkhitbah wanita di daerah tersebut sehingga datanglah ia kepada sahabatnya Abu Darda untuk dimintai bantuan melamar wanita idamannya. Sebagai saudara seiman, tentulah Abu Darda merasa berkewajiban membantu. Maka berangkatlah keduanya menuju rumah wanita yang dimaksud. Sesampai di sana, Abu Darda memperkenalkan Salman Al Farisi kepada orang tua wanita yang hendak dilamar sahabatnya itu kemudian menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Orang tua si wanita menyambut baik kedatangan mereka dan menyerahkan sepenuh keputusan kepada putrinya. Berdebar hati Salman saat menanti keputusan wanita yang ingin dinikahinya. Namun siapa sangka, jawaban wanita tersebut seharusnya menghancurkan hati Salman berkeping-keping. "Putriku akan mengatakan iya jika Abu Darda memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi" Jawaban yang sangat mengejutkan disampaikan oleh ayah sang wanita. Putrinya justru memilih lelaki yang niatnya datang hanya ingin membantu pinangan sahabatnya. Kemudian dengan legowonya seorang Salman Al Farisi bisa menerima keputusan itu. Mengikhlaskan sahabatnya menikah dengan wanita yang hendak ia lamar namun tak memilihnya. Tidak sebatas mengikhlaskan, semua harta benda yang ia siapkan termasuk mahar untuk si wanita itu ia berikan pula kepada Abu Darda. Maa syaa Allah. Kalau kita yang ngalami kayak Salman gimana rasanya ya? Maksud hati melamar pujaan hati pake bantuan mak comblang eh yang mau dilamar malah pengennya sama mak comblang. Duh, pasti nyesek. Perih. Sakit pake banget. Misalkan dalam kondisi demikian, sanggupkah kita bersikap kstaria dan heroik layaknya sikap Salman Al Farisi. Pasti sanggup. Bila merasai cinta pake logika. Kalau gak pake logika, itu mah yang susah. Hidup kemudian dibutakan oleh cinta. Depresi berlarut-larut. Stress berkepanjangan. Puncaknya, bunuh diri hanya karena cinta. Naudzubillaahi min dzalik. So, please, urusan cinta pake logika yaak. Kalau urusan jodoh gak papa deh gak pake logika, pasalnya jodoh memang hadirnya kadang-kadang memang gak bisa dicerna dengan logika. Menjalin kasihnya dengan siapa, mengikrar janji setianya sama siapa, yang ditunggu siapa, yang datang siapa, yang diharapkan siapa, yang diperkenankan siapa. Namanya jodoh. Berlogika, wajar, tak berlogika, ajaib. Iya, karena urusan jodoh Allah yang turun tangan langsung, mau diulurkan dengan cara apa dan bagaimana terserah Allah, tapi tergantung juga sih gimana cara kita menjemput dan memintanya. Kalau jemputnya keluar rel, mintanya dengan paksa pula, gimana Allah mau kasih jodoh dengan cara yang baik. Kalau urusan cinta, yaa kita sendiri yang mengelola. Kan Allah udah titipi kita hati, udah bekali juga dengan potensi rasa. Mau cinta sama siapa, nau benci sama siapa, whoever. Allah yang menggerakkan hati-hati kita dan Dia juga yang memberikan skill agar kita mampu mengelola hati sendiri. Simply, cinta jangan dijadikan alasan menikah. Sebab ada atau tidaknya cinta, sama saja. Bila Allah telah tetapkan yang berjodoh pasti berjodoh. Yang ngotot pengen berjodoh dengan dalih cinta mati pun jika Allah takdirkan tak bersama tidak akan bersama. Maka benarlah kata bijak ini, cinta tak harus saling memiliki tapi siapapun yang anda miliki harus anda cintai. Urusan jodoh pun sesederhana itu. Saya kutip lagi ya kata Mario Teguh. โ€œJodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dari-Nya, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.โ€. Well, saya gak bermaksud mengulang pernyataan karena jodoh di tangan Tuhan berarti kita yang harus jemput, kita yang harus datang pada-Nya, kita yang harus minta dengan permohonan terbaik. Mudah-mudahan segera Allah berikan. Tidak sama sekali. Sebenarnya dari awal saya udah greget pengen mengulas soal ini namun sengaja saya skip dulu biar lebih fokus membahas ikhtiar dalam menjemput jodoh. Rencana malah saya pengen bikin ulasan tersendiri di postingan baru namun keburu waktu. Postingan ini saja belum jadi-jadi, belum postingan Menuju halal part dua, part tiga dan seterusnya. Ya udah, sekaligus saya bahas di sini saja. Barangkali saya salah satu dari sekian banyak orang yang menikah tanpa diawali dengan dasar cinta. Iya sih, dulu cinta segala-galanya bagi saya. Siapa sih yang gak mau menikah dengan orang yang mencintainya pun dicintainya. Saya sampai membahas kegelisahan saya tentang pilihan menikah di Kamar Kenangan ini berdasarkan apa yang pernah saya alami dan rasakan. Sampai akhirnya saya menemukan jawaban dari alasan kenapa saya ingin menikah. Kembali ke niat lantas cinta di mata saya bukan lagi menjadi alasan pertama, kedua dan seterusnya. Jika cinta harus menjadi alasan, saya dengan yakinnya meletakkan cinta di pilihan terakhir. All right, sungguh beruntung orang yang bertemu jodohnya karena didasari rasa cinta. Mungkin layaknya kisah cinta Hamis dan Raisa yang disebut-sebut sebagai haripatahhati se-Indonesia, saking bapernya orang-orang yang menyaksikan kemesraan dan luapan cinta yang terpancar di mata dua sejoli yang baru melangsungkan pernikahan awal September kemarin. Atau layaknya kisah pernikahan spektakuler Rafi dan Nagita yang disiarkan secara life dan eksklusif tiga tahun silam bahkan kehidupan setelah pernikahan mereka mulai dari berbulan madu hingga hadirnya Rafatar diangkat sebagi reality show oleh salah satu stasiun TV swasta Nasional. I's true, pernikahan impian semua orang tentunya. Mengawali pernikahan dengan cinta. Kalau nggak cinta, ngapain nikah. Iya nggak? Iya sih iya, tapi kenapa kok banyak artis yang nikahnya karena cinta eh gak sampai beberapa tahun kemudian, ada yang cuma hitungan bulan malah, udah memutuskan berpisah dengan alasan tidak ada lagi kehormanisan dalam rumah tangga mereka. Entah kemana perginya cinta yang disanjung-sanjung dulul. Nah lho? Tidak bisa dipungkiri, setiap orang mungkin pernah menyimpan satu nama dalam hatinya yang dia dambakan menjadi pasangan hidup dan imam dalam rumah tangganya kelak. I also, sebelum paham hakikat cinta yang sebenarnya, saya merawat perasaan itu dengan bumbu keyakinan you are my destiny. Sebegitu yakinnya saya. Sebegitu berharapnya saya. Iya, saya pernah memilih beraksi menjemput jodoh dengan menjalin hati tanpa kepastian. Sebatas mengungkapkan kemudian didiamkan. Menautkan janji. Mengejar mimpi yang lain. Kemudian menunggu. Ketika mimpi yang dikejar telah digenggam, janji itu belum juga terpenuhi. Menunggu menjelma abu-abu. Dipertanyakan salah. Didesak salah. Didiamkan juga salah. Lalu, saya merasa serba salah. Kesalahan fatal yang tidak seharusnya saya lalukan; menunggu seseorang yang bukan jodoh. Entah, harus sampai kapan saya menunggu dengan macam-macam prasangka yang kerap meresahkan hati. Oke, saya akui saya bukan hanya salah tapi juga kalah. Saya cukup lelah menunggu dan jujur saja, saya bukan perempuan kuat yang sanggup menunggu selamanya apalagi menunggu tanpa kepastian. You know that feel kan? Life is must go on. This is my life. Saya telah sampai pada pemahaman itu, jodoh tidak dicari, tidak pula ditunggu, harus dijemput maka inilah salah satu ikhtiar saya dalam menjemput jodoh. Melepaskan apa-apa yang hati saya tidak lagi sanggup memikulnya. Jalinan hati meski tanpa status macam pacaran, TTM, kakak-adek, HTS atau apalah namanya ternyata sama saja. Nyatanya memang tidak ada satu pun jalinan yang diridhoi Allah bagi dua orang yang saling mencintai selain jalinan pernikahan. Termasuk jalinan hati. Ah, saya salah. Saya sangka tidak ada salahnya bila diam-diam kita menaruh perasaan pada seseorang. Diam-diam yang dengan sengaja disuarakan lalu didiamkan lagi. Diam-diam pula hati saya ikut merekah lalu sekonyong-konyong hadirlah jalinan hati itu yang mari kita sebut saja sebagai harap, mengharap, berharap, diharapkan. Harapan yang tidak seharusnya tumbuh. Saya telah tiba pada titik itu ketika harapan yang dulunya menjulang pada manusia saya alihkan dan langitkan pada-Nya. Kini, kepada Allah jua-lah saya julangkan segala harap. I believe, jika saya melepaskan satu cinta karena-Nya, kelak Allah pasti menggantinya dengan cinta yang lain, cinta yang lebih baik, cinta yang terbaik. In syaa Allah. Kalau versi ust. Salim A Fillah sih "Cinta tak pernah meminta atau menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan" Finally, beraksi lewat perantara menjadi satu-satunya pilihan tersisa yang saya pilih. Menjemput jodoh lewat perantara yang diawali dengan menukar selembaran biodata atau istilah kekiniannya ta'aruf. Pasti udah pada tahu kan istilah tersebut. Kenapa ta'aruf, bagaimana konsepnya, seperti apa alurnya, seberapa lama prosesnya, gimana ngejalaninya. Jawabannya; so simple. Sungguh, gak menguras otak, tenaga, waktu, lebih-lebih air mata. In syaa Allah bakal saya bahas khusus di postingan berikutnya. Back to the topic, selain tiga poin utama niat, target, aksi actually masih banyak poin yang belum sempat saya jelaskan panjang lebar satu per satu mengingat catatan ini keburu terlanjur melebar kemana-mana. Saya sebut poin-poinnya saja ya mengenai ikhtiar yang saya lakukan namun gak sempat saya jabarkan di postingan ini. Tidak letih berdoa, banyak-banyak istighfar, mendekat pada Allah, sering curhat galau-galau dan baper-bapernya sama Dia, keep positif thingking juga sama Dia, dekat sama teman-teman yang udah pada nikah. Sering ngumpul sama ibu-ibu majelis ta'lim. Suka datang ke kondangan. Minta didoakan sama teman yang dapet giliran jadi pengantin, koleksi buku-buku pernikahan, bacanya sekali-sekali. Sering bikin caption di IG tentang jodoh. Doyan share artikel-artikel rumah tangga di FB dan yang tak kalah pentingnya. Nuntut ilmu nikah. Yip, nikah juga butuh ilmu, sis, bro, makanya saya demem banget ngejar ilmu yang berkenaan dengan pernikahan dan rumah tangga, misal rajin ikut kajian bareng ibu-ibu, Incar seminar pra nikah or family talkshow kalau ada, seminar parenting juga sukaaa. Kira-kita begitulah ikhitiar yang kerap saya lakukan di luar tiga poin utama. Ada pun beberapa hal lainnya sempat saya singgung di sepanjang menguraikan tiga poin utama, semisal saya yang memilih menjemput jodoh dengan pulang ke rumah orang tua, berbakti pada mereka meski sampai detik ini atau sampai kapan pun bakti saya ke mereka gak pernah cukup atau saya yang berusaha open minded memutuskan untuk tidak lagi menunggu siapa-siapa, menjemput jodoh saya sendiri dengan menerima tawaran ta'aruf seseorang yang meski, gak begitu kenal perangainya, gak begitu tahu persis parasnya, jangankan ngomong masalah perasaan, akrab saja tidak. Tapi saya mau, saya ingin, saya bersedia berproses dengan lelaki asing itu. Kenapa? Kembali ke Niat. Kembali ke Target. Kembali ke Aksi. Kembali ke masalah jodoh itu di tangan Tuhan. Kalau bukan kita sendiri yang datang menjemput dan meminta, selamanya jodoh akan tetap di tangan Tuhan. Niat udah, target udah, aksi udah. Poin-poin lainnya juga udah saya sebutin. Selanjutnya apalagi? Sabar, TawakaL, Syukur Of course, setelah segenap ikhtiar dilakukan, silakan perbanyak stok SABAR kemudian jangan lupa pasrahkan semua hasilnya pada Ilahi. Tugas kita kan cuma berikhtiar menjemput dan meminta jodoh yang masih ada di tangan Tuhan. Persoalan Allah kasih jodoh kita segera atau tidak, sesuai dengan harapan kita atau bukan itu sepenuhnya hak Allah. Jadi, bila Allah tak kunjung mengulurkan jodoh atau mengulurkan namun tak sesuai dengan jodoh yang kita impikan, what do you do? Tetap bersyukur. Bila Allah belum kasih sampai saat ini it means, waktunya yang belum tepat dan bila Allah mengulur jodoh namun jauh dari yang didambakan it means dialah orang yang tepat, dialah jawaban terindah dari ikhtiar panjangmu, dialah jodoh terbaik yang dipilihkan Allah untukmu. Take picture via instagram Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan, wahai diri Barangkali saya tidak termasuk orang beruntung yang menikah dengan lelaki pilihan hatinya namun boleh saya katakan dengan lantang, saya-lah orang yang sangat bersyukur menikah dengan lelaki pilihan Allah yang juga memilihku karena Allah dan saya pun memilihnya karena karena Allah. Baca juga Menikah Karena Allah IG ; mediareminder Sekian, ikhtiar menjemput jodoh versi saya. Mudah-mudahan bisa menginspirasi khususnya bagi kalian yang masih lajang dan udah punya niat menikah. Yuk, tetap semangat berikhtiar jemput jodoh masing-masing. Baca kisah Menuju Halal selanjutnya Kriteria Jodoh Impian

Ahmad Maka dari rumah tangga yang dibina Mubarak atas dasar ketakwaan tadi, lahirlah seorang syaikhul Islam, ulama besar, muhaddits ternama, mujahid yang pemberani, seorang kaya yang dermawan; Abdullah Ibnu Mubarak rahimahullah. Posted by UKHTI FEBBY Labels: Agama 0 comments. at 00.29.

- Jodoh merupakan anugerah Tuhan yang tidak bisa dipastikan kapan datangnya. Tidak sedikit kita membaca kisah viral di media sosial, seseorang bertemu jodohnya melalui pertemuan tak terduga. Pernahkah terbayang oleh Anda kisah cari jodoh yang dipertemukan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil? Atau kisah lainnya, mendapatkan pasangan karena sering bertemu di kondangan? Simak kisah cinta viral cari jodoh paling unik, seperti dirangkum dari berbagai sumber! 1. Dipromosikan Teman di Twitter Baca Juga Video Lawas Duet Lesti Kejora dan Putri Ariani Viral, Warganet Bandingkan Suara Keduanya. Bagusan Putri! Ilustrasi jatuh cinta dan jodoh. memang merupakan hal yang misterius. Kita tak pernah tahu dari mana jodoh kita datang dan berasal. Perempuan ini contohnya, menemukan jodohnya berkat bantuan sang teman yang mempromosikan dirinya di Twitter. Baca selengkapnya 2. Sering Ketemu di Kondangan Kisah Pria Bertemu Jodoh di Kondangan, Sekarang Menikah iqmimalikiTak ada yang tahu kapan seseorang akan bertemu jodoh mereka. Belum lama ini, seorang pria membagikan bahwa dirinya bertemu istri karena kondangan. Baca Juga Tanggapan Jefri Nichol Terhadap Tantangan Tinju Tiktoker Cellos Gue Bakal Bunuh Ideologi Lo! Pria bernama Mohamad Iqmi Ahmad Maliki tersebut membagikan kisahnya bertemu jodoh di kondangan pada laman media sosial TikTok lewat akun iqmimaliki. Baca selengkapnya 3. Geger Panic Buyinga, Gadis Ini Malah Dapat Jodoh Ilustrasi tisu. Sumber ShuttertsockDi tengah mewabahnya virus corona Covid-19 di Jepang, ternyata ada kisah unik yang sangat jarang dialami dalam masa-masa sulit seperti sekarang ini. Seorang pengguna Twitter asal Jepang shihon029 membagikan awal kisah cintanya. Melalui cuitan yang diunggah Minggu 1/3/2020 kemarin, ia menceritakan bagaimana ia bertemu dengan lelaki yang disukainya. Baca selengkapnya 4. Dipromosikan Gubernur Ridwan Kamil [Instagram/Ridwan Kamil]Jodoh memang menjadi rahasia Sang Pencipta, terkadang ia datang dari arah yang sama sekali tak terduga, bisa juga dari Ridwan Kamil. Hal itulah yang dirasakan oleh Rahmatika Nia Agustina. Ia mendapatkan jodoh seusai dipromosikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui akun Instagram miliknya. Baca selengkapnya 5. Bermodal Doa di Sepertiga Malam Seorang pria mendapatkan jodoh dengan dengan doa sepertiga malamKisah seorang pria yang mendapatkan jodoh lewat doa yang ia panjatkan di sepertiga malam viral di media sosial. Melalui unggahan video di akun instagram insta_julid, pria ini membagikan pengalaman ketika mendekati teman sekantornya hingga memutuskan untuk melamarnya. Baca selengkapnya
Kisahteladan: MENANTI JODOH DATANG Rabu, 13 Agustus 2014 MENANTI JODOH DATANG Assalamu'alaikum Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kita dapat menasehati,dan mengingatkan dlam kebaikan.. semoga Allah membalas nya..,amin MENANTI JODOH DATANG
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ketika usia seorang lajang sudah mendekati apalagi memasuki 30 tahun, sering muncul kegelisahan terkait jodoh. Pertanyaan keluarga dan masyarakat sekitar kerap menjadi tekanan beberapa kalangan jomblo, bahkan mereka merasa tengah dibully saat ada yang bertanya tentang pernikahan. Padahal sebenarnya pertanyaan itu termasuk 'standar basa-basi' atau bahkan 'sopan santun' masyarakat Indonesia. Tidak ada maksud membully sama sekali saat saya bertanya kepada siapapun, "Sudah menikah?" Atau, "Sudah berkeluarga?" Atau, "Sudah berapa anaknya?" Itu semua adalah pertanyaan wajar dalam perkenalan di lagi ketika pernah mengalami peristiwa ditolak oleh seseorang yang diharapkan menjadi pasangan hidupnya. Seorang lelaki salih pernah bercerita kepada saya, bahwa dirinya pernah beberapa kali ditolak pinangannya oleh pihak akhwat. Pada contoh yang lainnya, ada akhwat yang kecewa karena lelaki salih yang diharapkan datang meminangnya, ternyata menikah dengan akhwat yang lainnya. Kejadian pernah ditolak, kadang membuat perasaan tidak nyaman, bahkan terkadang menjadikan rasa tidak percaya diri. Pun ketika 'tidak pernah ada yang datang', seseorang bisa merasa tidak normal atau tidak wajar. Apa yang salah pada diriku, sehingga semua orang menjauhi aku? Apa dosaku, sehingga belum ada yang datang meminang diriku? Apa kekuranganku, sehingga tak ada perempuan tertarik dengan aku? Pertanyaan seperti ini kerap mengganggu dan membuat tidak yang harus dilakukan di masa penantian jodoh? Inilah perlunya 'fikih penantian', yang membahas bagaimana sikap terbaik tatkala tengah menanti takdir Allah berupa Penantian JodohFikih fiqih artinya adalah ilmu atau pemahaman. Orang yang berilmu atau memahami sesuatu disebut sebagai faqih. Fikih Penantian berati ilmu tentang menanti datangnya jodoh, yaitu bagaimana lelaki dan perempuan lajang harus bersikap di saat mereka tengah berada dalam masa penantian jodoh. Apa yang semestinya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para lajang selama masa penantian. Inilah cakupan pembahasan dalam Fikih Penantian. Paling tidak, ada tujuh sikap yang sepatutnya dimiliki para lajang laki-laki dan perempuan di masa menanti datangnya jodoh idaman hati, sebagai berikutRidha Terhadap Ketentuan AllahMenanti itu Bukan Pasif, Pesimis dan ApatisSelalu Produktif di Masa PenantianSelalu Yakin dan OprimisMemperbaiki Persiapan DiriMenjaga Kebaikan DiriMemperluas Pergaulan dengan Orang Salih / SalihahSaya akan membahas satu per satu, Terhadap Ketetapan AllahJodoh adalah bagian dari ketetapan Allah. Syaikh Utsaimin rahimahullah menjelaskan, "Sebagaimana rejeki telah tercatat dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya, demikian pula jodoh. Ia telah tercatat dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya. Setiap orang telah tercatat pasangan hidupnya, telah ditentukan dengan siapa dia akan menikah. Tidaklah tersembunyi bagi Allah 'Azza wa Jalla sesuatu pun yang ada di bumi dan yang ada di langit".Terkadang, seseorang berharap dirinya segera bertemu jodoh, sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Ia meminta kepada Allah -penyegeraan waktu, dan ketepatan kriteria sesuai daftar keinginannya. Padahal Allah yang Maha Mengetahui, kapan waktu yang tepat dan mana jodoh yang tepat. Allah telah berfirman"Bisa jadi, kalian membenci sesuatu padahal dia lebih baik bagi kalian. Bisa jadi pula, kalian mencintai sesuatu padahal dia lebih buruk bagi kalian. Allah Maha Mengetahui sementara kalian tidak mengetahui" QS. Al Baqarah 216.Hendaknya kita selalu ridha dengan ketetapan agungNya. Ridha bahwa Allah telah menetapkan jodoh dan akan dipertemukan pada waktu yang telah direncanakanNya. Kita boleh berdoa dan berusaha, namun semua ketetapan ada pada kuasaNya. Sikap yang selalu kita kedepankan adalah, ridha dengan semua ketetapanNya. Tidak mengeluh, tidak protes, tidak marah atas hal yang belum ditetapkan untuk kita -seperti maunya itu Bukan Pasif, Pesimis dan ApatisYang disebut sebagai masa penantian, bukanlah pekerjaan kesia-siaan. Bukan seperti orang yang hanya duduk-duduk tanpa mau bekerja, namun meminta limpahan rejeki yang banyak dari Allah. Hidup di dunia ini memang akan mati, namun bukan berarti kegiatannya hanya berdiam diri untuk menunggu waktu mati. Sepanjang hidup, kita ditutntut untuk beramal salih, menghiasi kehidupan dengan kebaikan dan Utsaimin menyatakan, rejeki dan jodoh sudah ditetapkan oleh Allah Ta'ala sejak manusia masih dalam perut ibu. "Namun janganlah dikatakan bahwa rejeki sudah tercatat dan sudah ditentukan sehingga kita tidak perlu melakukan sebab-sebab upaya yang bisa menyampaikan kepada rejeki tersebut. Sebab, sikap seperti itu termasuk yang cerdas dan menunjukkan kekokohan adalah kita berusaha menempuh sebab yang mengantarkan menuju rejeki kita dan melakukan hal yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunia", demikian penjelasan Syaikh beliau menukilkan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam"Orang yang cerdas adalah yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk persiapan kehidupan setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah yang mengikuti keinginan hawa nafsunya lantas mengharapkan dari Allah angan-angannya." HR. at-Tirmidzi no. masa penantian, ada banyak usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan jodoh. Usaha bathiniyah adalah dengan taqwa, memperbanyak doa, memperbanyak istighfar, sabar dan tawakal kepada Allah Ta'ala. Sedangkan usaha lahiriyah adalah dengan melakukan proses menuju ta'aruf secara langsung ataupun melalui perantara yang bisa dipercaya. Yang harus diperhatikan, hendaknya semua proses mendapatkan jodoh selalu mengikuti aturan syari'ah. Jangan sampai melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan syari' Produktif di Masa PenantianPada masa penantian, hendaklah melakukan berbagai amal salih yang bermanfaat untuk diri dan orang lain. Misalnya belajar menuntut ilmu, baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal; atau belajar dengan berkegiatan langsung yang produktif. Termasuk melakukan berbagai kewajiban yang ditetapkan untuk orang beriman, seperti beribadah, beramal salih, bekerja mencari penghidupan yang halal, dan dimaksud dengan produktif, bukan hanya sekedar berkegiatan, namun harus ada yang dihasilkan. Hendaknya anda menjadi lajang yang penuh karya, kreatif, inovatif, produktif dan konstruktif. Anda harus melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Betapa banyak orang-orang yang menorehkan karya terbaik bagi negara, memberikan sumbangan berupa karya ilmiah, prestasi, penemuan, kejuaraan, dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud dengan manajemen waktu anda. Sejak dari bangun tidur pagi hari, lakukan hal-hal yang produktif. Melakukan kegiatan rutin, apakah sekolah, kuliah, bekerja, olah raga, membaca, mengaji, ibadah, silaturahim, dan hal-hal produktif lainnya. Sampai saatnya anda tidur kembali di malam hari untuk istirahat, tidur pun dalam konteks yang produktif. Yaitu tidur yang benar-benar memberikan rehat bagi jiwa dan raga. Tidur nyenyak yang memberikan tenaga untuk keesokan harinya. Bangunnya produktif, tidurnya juga Yakin dan OptimisDalam masa penantian, hendaklah selalu yakin dan optimis menatap masa depan. Jangan sampai jodoh menjadi hantu yang membebani perjalanan kehidupan. Ketika anda yakin bahwa Allah sudah menentukan jodoh, maka sesungguhnya peristiwa ditolak saat melamar, harus dipahami dalam bingkai jawaban atas rahasia jodoh. Bahwa memang dia memang bukan jodoh anda, bahwa jodoh anda belum Allah pertemukan dengan dan optimis, bahwa Allah akan berikan jodoh yang terbaik bagi dunia dan akhirat anda. Tugas terpenting kita adalah terus memantaskan diri di hadapan Allah, agar Allah segera pertemukan dengan jodoh terbaik bagi dunia dan akhirat yang menolak lamaran anda, itu karena memang bukan jodoh anda. Mereka yang menikah dengan orang lain, padahal anda mau menikah dengan dirinya, itu karena memang bukan jodoh anda. Sederhana jika kita pahami dengan keyakinan akan kuasa Allah atas makhlukNya. Anda harus benar-benar yakin bahwa jodoh berada dalam kekuasaan Allah Ta' keyakinan seperti ini, anda tidak akan terjatuh ke dalam sikap kesombongan di satu sisi, bahwa seseorang merasa sangat gampang mencari calon jodoh karena cantik atau tampan. Ia merasa dikelilingi banyak lawan jenis yang memiliki ketertarikan besar kepada dirinya, tinggal ia memilih. Seakan-akan ia tidak berhubungan dengan ketentuan takdir Allah yang pasti berlaku bagi seluruh di sisi lain juga terhindarkan dari keputusasaan, seakan-akan jodoh tak pernah bertemu dengan dirinya. Jangan pernah putus asa dari mengharapkan rahmat Allah, karena rahmat Allah sangatlah luas. Berdoalah kepada Allah, berharaplah kepada Allah, mintalah petunjuk dan bimbingan kepada Allah, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui semua hal. Sungguh pengetahuan dan usaha manusia sangat terbatas, maka kita harus selalu memohon pertolongan dan kekuatan dari-Nya. Memperbaiki Persiapan DiriPada masa penantian itu, hendaknya anda gunakan sekaligus untuk memperbaiki dan menambah persiapan diri menuju pernikahan. Semakin baik persiapan diri anda, akan semakin baik kehidupan pernikahan anda nantinya. Ada sangat banyak hal bisa dilakukan untuk menambah persiapan diri, sejak dari mental spiritual, intelektual, finansial, termasuk fisik dan kesehatan badan. Hendaknya anda mengoptimalkan kesiapan dari sisi kepribadian, agar benar-benar menjadi pribadi dewasa dan siap tumbuh dan hidup berumah tangga memerlukan kedewasaan dan kematangan kepribadian. Bukan hanya berumah tangga, bahkan dalam bekerja, berkarier, berorganisasi, maupun bermasyarakat, juga memerlukan karakter pribadi yang apakah pribadi dewasa itu? Menurut perspektif psikologi, seseorang yang memiliki pribadi dewasa, dalam dirinya terdapat ciri-ciri sebagai berikutMemiliki "sense of self" atau konsep diri yang kuat, seperti bisa mengambil keputusan untuk dirinya tanpa mengandalkan orang menjalin hubungan sosial dengan orang lain secara sehat, dalam jangka waktu kematangan emosional, mampu mengelola dan mengontrol emosi, sehingga kondisi mood-nya tidak bergantung kepada aksi atau reaksi orang menerima dirinya secara seimbang, misalnya mengetahui dan menerima kelebihan dan kekurangan diri, sehingga bisa bertindak dengan menyusun argumen, pendapat, pandangan, dan persepsi yang logis dan masuk berpikir jangka panjang dan membuat perencanaan jawab atas tindakan yang mengelola konflik atau perbedaan dengan berbagai ciri-ciri tersebut, apakah anda sudah memiliki pribadi dewasa? Menjadi tugas anda untuk semakin mendewasakan pribadi. Sangat berbahaya, jika belum dewasa namun sudah menikah. Laki-laki dan perempuan yang tidak dewasa, jika mereka hidup berumah tangga, cenderung tidak akan bisa bertahan lama. Mereka tidak bisa mengendalikan emosi, tidak bias menyelesaikan masalah secara dewasa, tidak mampu menghadapi badai persoalan dalam kehidupan. Itulah sebabnya, menikah hanya boleh dilakukan oleh orang pula, sangat penting bagi anda untuk memiliki jiwa pembelajar, yang terus menerus giat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, namun juga ketrampilan. Kehidupan pernikahan adalah kondisi yang sangat dinamis, penuh dengan aneka warna keadaan. Kadang melewati suasana penuh keceriaan dan kebahagiaan, kadang harus melewati kesusahan dan kedukaan. Kita harus siap untuk terus belajar menghadapi semua kondisi kehidupan yang aneka rasa apapun anda belajar dan mempersiapkan diri untuk membentuk rumah tangga, tetap saja ada bagian yang belum sempat anda pelajari, saking banyaknya ilmu yang dibutuhkan. Karena kehidupan keluarga itu tidak flat, terus berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Selalu bertemu hal-hal baru. Benarkah? Coba kita tengok selintas saja, teori Duvall dan Milller mengenai "8 Stages of The Family Life Cycle".Menurut Duvall dan Miller, kehidupan dan perkembangan sebuah keluarga, akan melalui delapan tahap Beginning Family / Keluarga Baru, Childbearing Family / Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama, Family With Preschoolers / Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah, Family With School-age Children / Keluarga dengan Anak Sekolah, Family With Teenagers / Keluarga dengan Anak Remaja, Launching Family / Keluarga dengan Anak Dewasa, Middleage Family / Keluarga Usia Pertengahan, Aging Family / Keluarga Usia dari teori Duvall dan Miller itu saja sudah bisa memberikan gambaran, bahwa kehidupan keluarga itu sangat dinamis. Tidak pernah berada dalam kondisi yang sama, terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan. Oleh karena itu, pada setiap tahap kehidupan berumah tangga, semua orang harus bersedia untuk tetap belajar. Kita akan terus menerus belajar di sepanjang kehidupan berumah tangga. Itulah sebabnya butuh dicetak karakter pembelajar pada diri setiap Juga Hidup Sebagai Lajang, Apa yang Harus Dilakukan?Menjaga Kebaikan DiriPada masa penantian hendaklah pandai menjaga kebaikan dan kesucian diri. Jangan sampai ternoda dan tercela. Jangan mencoba-coba hingga melanggar aturan syari'ahNya. Nabi Saw memerintahkan kepada para pemuda yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, dan apabila belum mampu menikah hendaknya berpuasa. Tuntunan mulia ini adalah dalam rangka menjaga kebaikan diri selama masa penantian. Dengan berpuasa, akan bisa mengendalikan gejolak syahwat, sehingga tidak menjerumuskan ke dalam kemaksiatan."Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki kemampuan ba-ah, maka menikahlah, karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu adalah pengekang syahwatnya yang menggelora". Hadits Riwayat Bukhari no. 5065 dan Muslim no. para lajang, memang ada tantangan sangat berat harus dihadapi bagi mereka yang dalam masa menanti datangnya jodoh. Tantangan itu adalah penjagaan diri. Ketika sudah berada dalam usia dewasa, hormon-hormon kedewasaan sudah tumbuh dengan normal, maka di saat itu perasaan ketertarikan kepada pasangan jenis akan sangat kuat masa menanti dan melewati proses pernikahan itu, jangan mengotori diri dengan perilaku kebebasan pergaulan, yang justru akan menjerumuskan ke dalam kesengsaraan. Masa menunggu sampai terjadinya pernikahan terasa demikian lama, sementara mereka harus mampu terus menerus menjaga diri sepanjang waktu. Pada situasi seperti itu, mucullah banyak godaan yang telah menimbulkan banyak sekali persoalan. Lihatlah di sekitar kita. Berapa banyak orang-orang yang tidak mampu menjaga diri sehingga mereka terjerumus ke dalam dunia bebas yang kebebasan pergaulan diperturutkan, kerugian yang muncul bukan hanya karena terkotorinya hati serta niat suci, namun telah merusak pula berbagai sendi kehidupan dan kemanusiaan. Kebebasan yang diperturutkan akan memunculkan kehinaan dan bahkan korban jiwa. Korban jiwa dari anak-anak yang tidak berdosa dan tidak mengerti apa-apa tentang dunia. Hamil di luar nikah, selain bernilai dosa besar menurut agama, namun juga melanggar kepatutan norma di data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa dari 5 juta kelahiran pertahun. Bahkan, 1 - 1,5 juta diantaranya adalah kalangan kejadian aborsi 2,5 juta kejadian per tahun itu sama dengan kejadian aborsi per bulan, atau kejadian aborsi per hari, atau 290 kejadian aborsi setiap jam, atau 4 sampai 5 kejadian aborsi setiap data ini sangat mengerikan dan membuat miris. Pelaku aborsi mayoritas anak-anak muda yang belum menikah. Mereka menggugurkan kandungan karena terlanjur hamil sebelum menikah. Begitulah sampak dari ketidakmampuan menjaga kebaikan dan kesucian diri di masa penantian. Sangat merugikan bahkan merusak nilai Pergaulan dengan Orang Salih / SalihahSangat penting untuk menjaga pergaulan bahkan memperluas, terutama dengan orang-orang salih dan salihah. Sangat penting bagi anda untuk membangun kesalihan pribadi, itulah sebabnya anda harus memperbanyak bergaul dengan orang-orang salih / harus berusaha menjadi salih dalam segala aspeknya. Salih dalam segala cakupan maknanya. Pondasi untuk membentuk pribadi salih / salihah adalah rasa takut kepada Allah, karena meyakini Allah selalu mengawasi semua tindakannya."Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" QS. Qaf 16.Orang-orang yang takut kepada Allah akan menjaga diri dari kecenderungan hawa nafsu yang menyimpang. Mereka inilah pemilik pribadi salih."Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya". QS. An-Nazi'at 40-41Pribadi salih / salihah adalah mereka yang bertaqwa kepada Allah. Suatu ketika ada seorang laki-laki menghadap Hasan bin Ali, sembari bertanya, "Ya Hasan, puteriku akan dipinang, kepada siapakah aku harus menikahkannya?" Hasan bin Ali menjawab, "Nikahkan puterimu dengan orang yang bertakwa. Sebab bia ia mencintainya pasti akan menghormati dan memuliakannya, dan bila ia tidak mencintainya pasti tidak akan menzhalimi puterimu."Itulah karakter salih. Suami salih akan selalu menjaga, melindungi, menyayangi, dan mengasihi istri. Tak akan menyia-nyiakan atau mentelantarkan istri. Tak akan menyakiti dan melukai istri. Demikian pula istri salihah akan selalu menghormati suami, mentaati suami dalam hal yang tidak maksiat, selalu mengasihi, mnyayangi dan melayani suami sepenuh hati. Pun orangtua yang salih, akan selalu mendidik, mengarahkan, menyayangi dan mencintai anak sepenuh salih, bertumbuh dari lingkungan orang-orang salih. Perempuan salihah, bertumbuh dari orang-orang salihah. Penting bagi anda -di masa penantian-semakin memperluas pergaulan di lingklungan yang salih / salihah. Selain mendapatkan pengaruh positif dari kesalihan mereka, anda juga akan mendapatkan doa-doa tulus dari mereka. Semakin banyak orang salih / salihah mendoakan anda, insyaallah akan semakin istijabah di BacaanCahyadi Takariawan, Wonderful Marriage, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2017Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, Al Fiqhu Al Manhaji 'ala Madzhabi Al Imam As Syafi'i, Darul Qalam, 1430 ilmu dari fadhilatul Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dalam 1 2 3 4 5 Lihat Lyfe Selengkapnya
IdzaShodaqol 'Azmu Wadhoha-Sabiil Jika Ada Kemauan Pasti Ada Jalan
30 hari menanti jodoh,โ€ bisiknya lirih. Tidak dengan cempaka, dia hanya ingin yang pasti-pasti saja. Dia mengatakan tidak ingin nungguin jodoh orang lain. Kisah perjalanan Cempaka yang gagal berulang kali tidak membuat dia putus asa. Cempaka masuk ke ruangan putri atau khusus ruangan akhwat dan dokter Adam masuk ke ruangan putra
\n \n kisah akhwat menanti jodoh
Masihsetia menanti, menanti dan menanti. Walaupun, ia merasa terasingkan olehmu. โ€œItu undangan ANDROID kegiatan akhwat, mau mengenalnya sama sekali. Apa yang engkau takutkan? Takut tentang rezeki dan tidak akan mendapatkan pekerjaan dan jodoh. Ah, itu hanyalah pemikiran yang salah. Ketahuilah, bahwa rezeki, pekerjaan dan jodoh itu

DETIKDETIK WAFATNYA NABI MUHAMMAD ๐Ÿ˜ข๐Ÿ˜ข YG NGAKU UMATNYA PASTI BACA!! . Dikisahkan pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-b

KunciMeraih Jodoh Terindah (yang sedang Evi jalani) 1. Jangan pernah putus asa. Sadarilah selalu, bahwa menanti jodoh bukanlah petaka. Bersabar dan mengharap ridha Allah, adalah cara terindah. 2. Sepatutnya menghindari pacaran. Jangan hiraukan ocehan orang yang mungkin memojokkan Anda, wahai akhwat muslimah.
Urusanjodoh dan berjodoh, bukan sebuah urusan kecil dan main-main, karena Allah tak pernah main-main dalam menciptakan manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup hingga matinya manusia. Allah tak sedang โ€˜mengocok lotreโ€™ dan mengundi seperti arisan ketika menentukan jodoh seseorang. Maka jika kita memiliki harapan tentang calon
.